PEKANBARU: Rektor Universitas Islam Riau Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L mengharapkan UIR dapat menjadi Pusat Certifikasi Berstandar International. Atau lembaga penyelenggara berbagai testing yang berkaitan dengan bahasa Inggris. Harapan itu disampaikan Syafrinaldi dalam sambutannya sebelum membuka English for International Communication Short Seminar at Islamic University of Riau di Gedung Rektorat Kampus UIR Perhentian Marpoyan Pekanbaru, Jum'at sore (23/3).
English for International Communication Short Seminar yang diikuti ratusan dosen di lingkungan fakultas UIR itu diselenggarakan oleh Widi Nazmuddin, Team Leader Training & Learning Specialist Education Development International Test Centre.
Rektor mengakui, bahasa Inggris sebagai bahasa asing masih menjadi problem di negeri ini termasuk di kalangan dosen. Kita paham bahwa sekarang sudah zaman revolusi industri atau anak-anak muda menyebutnya sebagai zaman now. Bahasa Inggris menjadi bagian penting bagi semua orang untuk dapat beradaptasi dengan zaman now. Ia bahkan sudah menjadi second language atau bahasa kedua setelah bahasa Indonesia.
Lembaga-lembaga international, kata Rektor, memberi banyak beasiswa kepada setiap dosen yang ingin belajar ke luar negeri. Sayangnya tidak banyak dosen yang memanfaatkan kesempatan ini karena lemah berbahasa Inggris. Di luar itu, UIR pun berkeinginan menjadi host atau penyelenggara dari berbagai testing yang erat kaitannya dengan bahasa Inggris, misalnya TOEFLE (Test of English as a Foreign Language) atau TOEIC (Test of English for International Communication). Keinginan itu, dinilai Rektor, suatu hal wajar karena UIR telah tumbuh dan berkembang sebagai universitas besar.
''Sayangnya kita tak memiliki leason untuk menyelenggarakan itu. Sekarang kita ditantang mengambil peluang tersebut secepatnya. Kita memiliki banyak kekurangan dan oleh sebab itu mari kita ambil peluang ini secepatnya,'' tegas Rektor mengajak para dosen UIR.
Penegasan serupa juga disampaikan Widi Nazmuddin. Ia menyatakan, bahasa Inggris sudah menjadi kebutuhan dalam masyarakat ekonomi Eropa. Bahkan perguruan tinggi saat ini tidak semata mengeluarkan ijazah, akan tetapi juga menerbitkan surat keterangan kompetensi bagi lulusannya sebagai pendamping ijazah. Di Indonesia, tambahnya, terdapat 3.246 perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa 5.153.971. Sebanyak 71% mahasiswa langsung terjun ke dunia kerja, 28,1% lulusan bersertifikat kompetensi.
''Terbuka peluang bagi mahasiswa dan dosen meningkatkan kompetensi bahasa Inggris dalam upaya bersaing secara ketat dan mengurangi angka pengangguran yang dalam beberapa tahun terakhir meningkat drastis,'' kata Widi.*