Pekanbaru: Langkah Universitas Islam Riau melakukan kerjasama internasional dengan berbagai university di Asia Tenggara, khususnya Malaysia, ternyata dimonitor Kedutaan Besar Malaysia Jakarta. Bahkan kerjasama itu menuai pujian dari Menteri Penasihat (Pendidikan) Kedutaan Besar Malaysia, Dr. Mior Harris bin Mior Harun.
''UIR ini unik. Sebelum ini saya kurang mendengar informasi tentang Universitas Islam Riau. Namun setelah saya datang ke Pulau Sumatera, baru saya tahu UIR. Universitas ini ternyata memiliki reputasi yang baik karena banyak melakukan kerjasama internasional dengan university di Malaysia,'' kata Dr. Mior Harris bin Mior Harun kepada wartawan usai melakukan pertemuan dengan Pimpinan Universitas Islam Riau di Kampus Perhentian Marpoyan Pekanbaru, Selasa siang (10/4).
Pertemuan UIR dengan Kedubes Malaysia dipimpin Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Ir. H. Rosyadi, M.Si. Turut pula dihadiri Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Administrasi Ir. H. Asrol, M.Ec, Dekan FKIP Alzaber, Dekan Psikologi Yanwar Arief, Kepala LPPM Evizal, Ketua LDIK Zulhelmi, Kepala BAK Azwirman, Kepala BAAK Akmar Effendi, Kepala KUI Husnul Kausarian dan Kabag Humas & Protokoler Syafriadi.
Mior Harris tiba di Gedung Rektorat UIR pukul 10.10 wib. Didampingi Konsul Malaysia di Pekanbaru Hardi Hamdi, Mior menyebutkan, kedatangannya ke UIR untuk pertama kali dalam rangka membangun kolaborasi yang lebih bermakna terhadap aktivitas akademik UIR yang selama ini telah berjalan baik. Sekaligus membuka rencana kerjasama universitas-universitas di Malaysia dengan UIR di bidang akademik. Antara lain kerjasama pertukaran dosen dan pelajar, pemagangan dan penelitian bersama.
Kerjasama lebih bermakna, menurut Mior, jauh lebih efektif dibandingkan bila masing-masing university saling berkunjung untuk sebuah lawatan. ''Kalau kita datang hanya melihat-lihat saja tentu tidak cukup. Output atau outcome nya terasa kurang bermakna. Berbeda apabila kedatangan UIR ke Malaysia, atau Malaysia ke UIR membuat proyek tertentu yang digarap secara bersama selama satu bulan, misalnya. Atau berkolaborasi dalam penelitian tertentu. Inilah sebabnya, mengapa saya tertarik datang ke UIR. Saya ingin menjadi penghubung UIR dengan university-uniuversity yang ada di Malaysia sehingga potensi yang dimiliki kedua pihak dapat dioptimalkan untuk kepentingan bersama,'' papar Mior Harris.
Mior mengakui, sebagai universitas tertua Universitas Islam Riau mempunyai jaringan yang baik ke Malaysia. Dan, dari jaringan itu UIR mampu menata kerjasama internasionalnya. ''Kapasitas UIR di Pulau Sumatera dalam pandangan saya sama seperti saya melihat UI atau Binus Jakarta. Potensi maju sangat besar dan saya akan akan melicinkan jalan bagi UIR ke arah peningkatan kerjasama dalam upaya mendorong tercapainya kemajuan tersebut,'' ujar Mior. UIR memiliki fasility yang memadai, konsep standar internasionalnya juga jelas, dan pemimpinnya sangat bersungguh-sungguh.
Wakil Rektor III Rosyadi menyambut baik kedatangan Mior bin Harris bersama Konsul Malaysia. Dalam pertemuan itu ia selain menceritakan perkembangan Universitas Islam Riau saat ini juga menyampaikan progres kerjasama UIR dengan sejumlah universitas di Malaysia. ''Riau dengan Malaysia mempunyai banyak kesamaan. Kesamaan budaya, kesamaan bahasa dan lain-lain. Kerjasama serupa kami lakukan pula dengan negara-negara di luar Malaysia. Ke depan kerjasama serupa akan kita tingkatkan dalam usaha kami mencapai Visi UIR 2020, yakni menjadikan UIR sebagai universitas Islam yang unggul dan terkemuka di Asia Tenggara tahun 2020,'' kata Rosyadi.*