Perlis: Langkah sukses ditoreh mahasiswa Universitas Islam Riau dalam International Innovation, Design and Articulation (i-IDeA) Tahun 2018 yang ditaja Universiti Teknokogi MARA Perlis Malaysia. Tiga produk IT mahasiswa UIR dalam kegiatan expo international itu berhasil meraih penghargaan satu silver (perak) dan dua bronze (perunggu).
Silver diraih kelompok mahasiswa yang terdiri dari Ause Labellapansa, Ana Yulianti dan AR. Wahyu Pradana. Dalam kompetisi ini mereka menampilkan project bertajuk, 'Malay Cultural Conservation of Pencak Silat Basic Movement'. Kelompok bronze didapat oleh mahasiswa atas nama Panji Rachmat Setiawan, Ana Yulianti, Gery Roby Agusta dan Deddy Rahmat dengan judul, 'Application for Searching Tourist Attraction in Riau Province Based on Android'. Satu bronze lainnya diberikan kepada Abdul Syukur, Evizal Abdul Kadir, Muhammad Firdaus Saputra dan Ahmad Khairul Anwar yang menampilkan 'Learning Management System (LMS) Based On Open Source for Improving Quality Student Learning'.
Menurut Rektor UIR Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L, kegiatan i-DeA 2018 merupakan agenda tahunan UiTM yang diikuti banyak universitas dalam dan luar negeri. UIR merupakan salah satu perguruan tinggi di Sumatera yang diundang Rektor UiTM Prof. Zailuddin Arifin untuk menampilkan kreativitas dan inovasi mahasiswa selama tiga hari sejak Rabu (25/4) kemaren.
Rektor menyebutkan, selain mengikuti lomba, tiga dosen UIR juga diminta menjadi juri menilai masing-masing project peserta. Ketiga dosen itu, di samping Rektor sendiri adalah Prof. Dr. Ir. H. Hasan Basri Jumin dan Dr. Evizal Abdul Kadir. ''Kita mengapresiasi penghargaan UiTM yang telah melibatkan UIR berpartisipasi baik sebagai peserta expo maupun juri. Saya ucapkan selamat kepada Pak Evizal dan para mahasiswa yang sudah mempersiapkan kegiatan secara maksimal, sekaligus memimpinnya hingga sukses mendapatkan silver dan bronze. Tahun depan mudah-mudahan kita bisa memperoleh gold,'' ujar Syafrinaldi.
Kendati dirinya bersama Hasan Basri dan Evizal dilibatkan sebagai juri, namun ia dan kawan-kawan tidak dibenarkan menilai stand UIR. ''Setiap stand dinilai empat juri dari negara yang berbeda. Saya, Pak Hasan dan Evizal tak boleh menilai produk yang dipamerkan UIR. Kami menilai stand universitas lain,'' katanya.
Syafrinaldi mengaku puas dengan inovasi mahasiswa yang ditampilkan di ajang expo itu. Bahkan ia bersama Rektor UiTM dan Ketua Harian Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau, Drs. Zulkifli, sempat mengunjungi para mahasiswa untuk memberi apresiasi dan motivasi. ''Inovasi mahasiswa kita yang diwakili mahasiswa Teknik Informatika tidak kalah hebat dengan mahasiswa lain. Walau penghargaan yang diperoleh tahun inj silver dan bronze, itu sudah menjadi bukti bahwa kreativitas anak-anak UIR telah mengglobal, mampu berkompetisi di tingkat international. Saya salut dengan inovasi anak-anak,'' tandas Guru Besar Bidang HAKI itu.*