Pekanbaru: Kopertis Wilayah X yang membawahi Provinsi Sumbar, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau menantang Rektor dan Civitas Akademika Universitas Islam Riau menaikkan status akreditasi perguruan tinggi menjadi A, dan masuk daftar 100 Top nasional. Tantangan itu diharapkan dicapai UIR pada tahun 2019 depan.
''Kita tantang Pak Rektor dan Staff menaikkan akreditasi perguruan tinggi dari sekarang B menjadi A. Juga membawa UIR masuk Top 100 nasional,'' kata Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah X, H. Yandri, S.H., M.H dalam sambutannya pada acara Wisuda Ahli Madya, Sarjana dan Magister Periode II Mei 2018 yang berlangsung di Kampus UIR Marpoyan Pekanbaru, Sabtu pagi (5/5).
Menurut Yandri, tantangan untuk UIR sangat rasional itu rasional setelah dirinya mempelajari kondisi perguruan tinggi swasta di Kopertis Wilayah X. Jumlah PTS di empat provinsi itu sekarang tercatat 249 termasuk UIR. Dari jumlah tersebut semuanya berakreditasi B dan belum satupun berstatus A. Jumlah program studi sebanyak 928, 55 persen diantaranya berakredsitasi A dan B .
Uniknya prodi berakreditasi A hanya terdapat 13, sembilan diantaranya ada di UIR. Dengan data itu Yandri yakin UIR mampu menjadi universitas unggul dengan status A dan masuk 100 top nasional. Sebab di universitas tertua ini terdapat 11 guru besar dan 94 dosen bergelar doktor.
''Kopertis Wilayah X hanya memiliki 21 orang guru besar, 11 orang profesor terdapat di UIR, dan memipunyai 500 doktor, dimana 94 doktor ada di Universitas Islam Riau. Jadi, sangat mungkin bagi UIR menaikkan akreditasi perguruan tinggi dan masuk 100 top nasional. Perkuat terus kerjasama dan berikan pelayanan maksimal kepada masyarakat sebagai wujud dari pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi,'' urai Yandri disambut tepuk gemurah wisudawan.
Yandri memberi dua catatan penting untuk peningkatan dan pengembangan Universitas Islam Riau. Pertama, jadikan kejujuran dan ketauladanan sebagai tonggak pengembangan perguruan tinggi ini. Sebab kejujuran dan ketauladanan akan mampu menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya kaya dengan skill tetapi juga kaya soft skill. ''Ketika lulusan kita melakukan pengabdian di masyarakat, kita tuntut agar mereka menjadi lulusan yang teladan dan jujur,'' tegas Yandri.
Kedua, pengembangan kualitas sarana dan prasarana. Perguruan tinggi harus memperkuat pengembangannya dengan tekhnologi berbasis degital. Ia mengapresiasi kinerja UIR yang sudah meluncurkan aplikasi anti plagiat untuk mengecek plagiasi skripsi, jurnal dan hasil penelitian. Ketiga, peningkatan kompetensi dosen ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ini, lanjutnya, UIR memiliki 460, sebanyak 94 orang berkualifikasi akademik doktor. Kita harus berikan apresiasi terkait jumlah doktoral ini.
Yandri menambahkan, kini kita berada di era globalisasi, ada juga yg menyebut era industriliasasi 4,0. Era ini telah banyak mempengaruhi sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Globalisasi telah banyak memberi pengaruh terhadap kehidupan pokitik dan demokratisasi di masyarakat.
Prinsip transparansi, profesionalisme dan akuntabilitas sangat dituntut oleh masyarakat. Demikian juga di bidang ekonomi, globalisasi berpengaruh pula dimana dengan berlakunya perdagangan bebas baik di tingkat regional maupun nasional menjadikan sistem perekonomian kita bertumpu pada mekanisme pasar. Kompetisi harga dan produk semakin tinggi sehingga sistem perekonomian konvensional seperti koperasi dan padat karya sangat sulit berkembang.
Di bidang sosial, nilai-nilai asing begitu mudah masuk lewat media yang mengakibatkan minat pada budaya lokal menurun diganti dengan gaya hidup individualisme dan hedonisme. ''Sekarang kita juga menyaksikan bahwa kita telah bisa menjelajahi dunia maya menggunakan komputer. Kita juga menyaksikan penggunaan otomatisasi di segala bidang yang semua berbasis kepada teknokogi informasi,'' kata Yandri.
Kita, lanjutnya, harus memahami bahwa globalisasi akan banyak membawa perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi kita juga harus memanfaatkan globalisasi menjadi faktor untuk menunjang percepatan kehidupan bangsa dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa. Ia menegaskan, ada dua faktor yang akan meningkatkan daya saing bangsa, yakni kualitas sumberdaya manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Individu yang memiliki penguasaan iptek yang baik akan menjadi individu yang unggul di masa depan. ''Harapan kita, lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas mampu melahirkan individu yang berkualitas dengan penguasaan iptek yang baik. Kita yakin, dengan kualitas individu dan iptek yang baik kita mampu menjawab tantangan era globalisasi,'' tandas Yandri dalam retorika suara yang bulat dan tegas.